Jurnal Bunsay Leader Level 8


JURNAL BUNSAY LEADER LEVEL 8
REZEKI, IKHTIAR
& CINTA

Tidak ada satupun yang bergerak di muka bumi ini kecuali Allah yang menanggung rezekinya. (QS. Hud: 6).

Kata rezeki, selama ini identik dengan harta. Orang kaya sering dikatakan banyak rezeki. Seorang petani yang bekerja di sawah tetapi tubuhnya sehat, jarang sekali dikatakan banyak rezeki padahal ia punya rezeki berupa kesehatan. Seorang anak yang pintar tetapi  berasal dari keluarga sederhana, juga jarang dikatakan punya rezeki yang banyak padahal dia dikaruniai rezeki kemudahan menerima ilmu. Seorang ibu dengan lima anak, kalau ini sering dibilang banyak rezeki. Ahaha...ini mah diri saya sendiri. 😄
Jujur saja, saya sendiri kadang masih gamang dengan konsep rezeki ini. Saat memperdalam lagi materi perkuliahan Matrikulasi Institut Ibu Profesional dengan amanah sebagai seorang fasilitator, ditambah lagi dengan tugas perkuliahan Bunsay Leader Level 8 yang memperdalam materi Mendidik Anak Cerdas Finansial Sejak Dini, tagline “Rezeki itu Pasti, Kemuliaanlah yang Harus Dicari”, membuatku merenungi  lagi akan konsep rezeki. Mari kita cermati makna rezeki berikut ini.
Makna Rezeki
Rezeki adalah “Segala sesuatu yang bermanfaat yang Allah halalkan untukmu, entah berupa pakaian, makanan, sampai pada istri. Itu semua termasuk rezeki. Begitu pula anak laki-laki atau anak perempuan termasuk rezeki. Termasuk pula dalam hal ini adalah kesehatan, pendengaran dan penglihatan.”

Dari pengertian di atas, rezeki ternyata tidak identik dengan harta dan uang. Jadi, janganlah kita sempitkan pada maksud tersebut saja.
Ada yang diluaskan rezekinya dalam bentuk harta,
Ada yang diluaskan dalam bentuk kesehatan,
Ada yang diluaskan dalam bentuk ketenangan, dan keamanan,
Ada yang diluaskan dalam kemudahan menerima ilmu,
Ada yang diluaskan dalam bentuk keluarga dan anak keturunan yang shalih,
Ada yang dimudahkan dalam amalan dan ibadahnya. Dan yang paling indah, adalah diteguhkan dalam hidayah Islam.

Hakikat Rezeki bukanlah hanya harta.
Rezeki adalah seluruh rahmat Allah SWT

Ibnu Katsir menceritakan, ada seseorang yang mengadu kepada Ibrahim bin Adham – ulama generasi tabi’ tabi’in – karena anaknya yang banyak. Kemudian beliau menyampaikan kepada orang ini, “Anakmu yang rezekinya tidak ditanggung oleh Allah, silahkan kirim ke sini.” Orang inipun terdiam. (al-Bidayah wa an-Nihayah, 13/510)

Tetapi ini tidak  mengajarkan agar kita berpangku tangan dan diam tidak bekerja lho. Dengan anggapan semua telah ditaqdirkan. Benar rezeki manusia  telah ditaqdirkan, tapi taqdir itu rahasia Allah, yang tidak kita ketahui. Sementara sesuatu yang tidak kita ketahui, tidak boleh dijadikan alasan. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan bahwa tawakkal tidak menghilangkan ikhtiar (usaha mencari rezeki).
Rezeki akan mendatangi bahkan akan mengejar hanya kepada orang yang pantas didatangi. Maka, pantaskan dan patutkan diri untuk pantas didatangi, atau bahkan dikejar rezeki. Inilah hakikat ikhtiar. Setiap dari kita telah ditetapkan rezekinya sendiri-sendiri. Karena ikhtiar adalah kuasa manusia, namun rezeki adalah kuasa Allah Azza Wajalla. Dan manusia tidak akan dimatikan, hingga ketetapan rezekinya telah ia terima.
Cara kita berikhtiar diserahkan kepada kita manusia. Dan tentu saja kita harus mengetahui batasan-batasannya, yaitu sesuai dengan aturan-aturan yang telah ditetapkan oleh Allah, Swt.  Yang paling beruntung adalah orang yang berikhtiar secara lahir, lalu disempurnakan dengan tawakkal.
Dari segi bahasa, tawakal berasal dari kata ‘tawakala’ yang memiliki arti; menyerahkan, mempercayakan dan mewakilkan. (Munawir, 1984 : 1687). Seseorang yang bertawakal adalah seseorang yang menyerahkan, mempercayakan dan mewakilkan segala urusannya hanya kepada Allah SWT.
Mari kita simak hadist berikut:
“Tidak akan bergeser dua telapak kaki seorang hamba pada hari kiamat sampai dia ditanya (dimintai pertanggungjawaban) tentang umurnya kemana dihabiskannya, tentang ilmunya bagaimana dia mengamalkannya, tentang hartanya; dari mana diperolehnya dan ke mana dibelanjakannya, serta tentang tubuhnya untuk apa digunakannya. (HR. Turmudzi 2417, ad-Darimi 537, dan dishahihkan al-Albani)

Jadi yang akan dihisab oleh Allah tidak hanya yang menjadi kebutuhan sekunder atau tersier, termasuk yang menjadi harta kebutuhan primer, dan bahkan makanan yang dikonsumsi seseorang ketika sedang kelaparan pun akan dihisab.
Maka bertawakallah dan ridho dengan ketentuan-Nya. Sehingga apapun itu, engkau akan merasa cukup dan penuh kenikmatan.
Ippho Santosa & Tim Khalifah di dalam bukunya Moslem Millionaire mengatakan bahwa rezeki itu dekat dengan cinta. Dimana rezeki akan berpihak pada orang-orang yang pandai mencintai dan mengasihi. Cinta yang benar akan mengayakan.
Kenapa kita mau bekerja 6 sampai 8 jam sehari? Mungkin karena kecintaan kepada pekerjaan dan perusahaan, mungkin karena kecintaan pada orang tua, anak dan istri, mungkin karena kecintaan kepada Allah dengan menjalankan peran menjadi khalifah dengan sebaik-baiknya dan juga kecintaan kepada Nabi Muhammad yang telah mencontohkan bagaimana berikhtiar dan berdagang. Jadi jelaslah bahwa ikhtiar menjemput rezeki itu digerakkan oleh satu hal yaitu Cinta.   
Jadi cinta yang benar akan menggerakkan ikhtiar dijalan-Nya  yang disertai dengan tawakal yang sebenarnya dalam menjemput rezeki.


Pemanfaatan Rezeki
Dari Ibnu ‘Umar, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, yang artinya: “Manusia yang paling dicintai oleh Allah adalah yang paling memberikan manfaat bagi manusia. Adapun amalan yang paling dicintai oleh Allah adalah membuat muslim yang lain bahagia, mengangkat kesusahan dari orang lain, membayarkan utangnya atau menghilangkan rasa laparnya.”
(HR. Thabrani di dalam Al Mu’jam Al Kabir no. 13280, 12: 453. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan sebagaimana disebutkan dalam Shahih Al Jaami’ no. 176).
Jadi bila rezeki yang kita dapatkan memberikan manfaat kepada sekitar kita, insyaAllah akan mendatangkan keberkahan.

Daftar Pustaka:
Anonim. (2017). Antara Ikhtiar dan Rezeki. http://www.kabarmakkah.com/2017/01/antara-ikhtiar-dan-rezeki.html. Diakses pada  26 Oktober 2018.

Baehaki, Eki. (2017). Delapan Jalan Rezeki yang Disebutkan dalam Al Qur'an. https://www.islampos.com/8-jalan-rezeki-yang-disebutkan-dalam-al-quran-51343/. Diakses pada 15 Oktober 2018.

Baits, Ammi Nur. (2017). Memahami Konsep Rezeki dalam Islam Bagian 01. https://konsultasisyariah.com/30696-memahami-konsep-rezeki-dalam-islam-bag-01.html. Diakses pada 15 Oktober 2018.
-------------. (2017) Memahami Konsep Rezeki dalam Islam Bagian 02. https://konsultasisyariah.com/30715-memahami-konsep-rezeki-dalam-islam-bag-02.html. Diakses pada 15 Oktober 2018.
Kang Agung. (2017). Konsep Rezeki dalam Islam.https://ri32.wordpress.com/2017/10/02/konsep-rezeki-dalam-islam/. Diakses pada 15 Oktober 2018.
Mangenre, Ilham. (2015). Ketahuilah, Inilah 4 Cara Allah Memberi Anda Rezeki Menurut Al Qur'an.http://makassar.tribunnews.com/amp/2015/06/29/ketahuilah-ini-4-cara-allah-memberi-anda-rezeki-menurut-al-quran. Diakses pada 16 Oktober 2018.
Nuh, Muhammad. (2017).  Pengertian Tawakal.https://www.eramuslim.com/peradaban/tafsir-hadits/makna-tawakal.htm. Diakses pada 26 Oktober 2018.    
Santosa, Ippho dan Tim Khalifah. (2013). Moslem Millionaire. Jakarta: Gramedia.
Tuasikal, Muhammad Abduh. (2015). Makna Rezeki dan Cara Mencarinya. https://rumaysho.com/11517-makna-rezeki-dan-cara-mencarinya.html. Diakses pada 15 Oktober 2018.


Payakumbuh,  Oktober 2018
Alisa G.








Comments

Popular Posts