CERITA HOMESCHOOLING SI SULUNG


“Kenzie ga mau sekolah bunda! Kenzie mau homeschooling saja sama bunda,” begitu respon si abang sulung saat aku menyampaikan akan membayar uang pendaftaran ulang ke Sekolah Dasar Islam Terpadu tempatnya bersekolah selama 3 tahun. Bunda langsung ketar-ketir, terbayang  penolakan dari Oma dan Opa yang pensiunan guru. Juga kegalauan bunda akan kemampuan memfasilitasi anak dengan  baik.

Sekarang setahun sudah si sulung Kenzie homeschooling. Saat itu aku putuskan untuk membawa Kenzie dan adiknya Keisha untuk berbincang-bincang dengan teman yang merupakan member Ibu Profesional yang mengerti ilmu psikiatri. For make sure that my boy is seriously with his choice. And for my confidence too. 😳

Berangkatlah hari itu ke rumah teman dan beliau melakukan beberapa tes kecil kepada Kenzie dan Keisha. Keisha mintanya bukan untuk homeschooling tetapi pindah ke sekolah negeri, dan itupun harus di make sure dulu.

Akhirnya sampai pada kesimpulan bahwa si sulung tetap dengan keteguhan hatinya homeschooling dan Keisha fix pindah ke sekolah negeri.

Selama setahun sebelum memutuskan homeschooling Kenzie sudah sering menyatakan keinginannya. Sering protes dengan cara guru mengajar, fullday school yang bikin capek dan merasa kehilangan waktu bermain di rumah. Beban jumlah mata pelajaran yang lebih banyak dari SD negeri, ketidaksenangan dengan mata pelajaran tertentu dan jumlah murid yang terlalu banyak dan kapasitas halaman sekolah terbatas. Sering juga ngambek saat akan berangkat ke sekolah bahkan ada yang dalam keadaan menangis. Beberapa kali terpaksa minta izin dengan Walas untuk tidak mengikuti fullday.

Saat kelas 1 dan 2 tidak ada   protes karena Kenzie menyukai ustadznya. Tetapi di kelas 3 dapat walas seorang ustazah yang walaupun ia menyukai belajar dengan beliau tetapi tidak bebas bermanja-manja dibanding dengan ustadz.

Kami mengenal homeschooling dari keluarga praktisi homeschooling yaitu uni Betty Arianti yang merupakan founder Komunitas Ibu Profesional Payakumbuh-LK. Saat curhat tentang keadaan yang dialami Kenzie, ni Bet pun sudah mendorong agar aku bisa percaya diri untuk memulainya.

Awalnya aku mempunyai persepsi yang salah yaitu  menganggap bahwa homeschooling adalah memindahkan sekolah ke rumah sehingga aku menjadi stres sendiri mengajarkan semua pelajaran. Waktu itu dapat pencerahan dari ni Bet dan dari Rumah Inspirasi. Lalu Kenzie memulai belajar mandiri dengan memanfaatkan Ruang Guru, Reading Egg dan Ekspres untuk belajar bahasa Inggris, berbagai situs edukasi serta belajar dari membaca buku. Belajar mengaji sekarang sama bunda aja. Dan tentunya life skills  menempati porsi utama juga dalam keseharian.  

Di satu sisi aku suka homeschooling karena anak bisa mendalami bidang yang diminatinya dan disisi lain mengevaluasi hasil belajar anak serta berkegiatan bersama anak belum bisa kujalani dengan rileks.  Masih banyak lagi yang harus dipelajari mengenai homeschooling. Raise your child, raise your self.


Payakumbuh, 8 Mei 2020

=Alisa Gumala=

Comments

Popular Posts