Curhatan Ramadhan 1440H


Ramadhan 1440 H terasa berbeda dibanding ramadhan sebelumnya karena kali ini aku telah berkomitmen untuk membawa serta kelima anak ke mushola dekat rumah untuk melaksanakan sholat berjamaah.

Persiapan sudah dilakukan dengan mulai membiasakan terutama si kembar yang baru berumur 4 tahun untuk sholat berjamaah ke mushola jauh sebelum ramadhan serta mengenalkan adab-adab saat berada di tempat ibadah. Bahkan si kembar sampai tidak membolehkan bunda sholat di rumah, padahal si ayah kan juga sholat di mushola, tapi tak masalah tuh sholat di rumah. 😇

Ramadhan akhirnya  tiba dan program pun dimulai. Bunda merasa berdebar juga takut anak-anak akan membuat kehebohan. Air minum dan roti telah disiapkan sebagai pencegah keresahan. Sholat isya berlangsung dengan aman tanpa keributan dan lanjut sholat tarawih tanpa kehebohan yang berarti.

Tetapi keadaan tenang ini cuma berlangsung 3 malam. Malam-malam selanjutnya anak-anak mulai mendapatkan teman baru dan mulai bercanda satu sama lain. “Hhmm...bunda perlu siasat baru nih.” Terpikir untuk membawa beberapa buku dan mainan anak-anak. Kadang-kadang siasat ini berhasil mengalihkan perhatian anak-anak dan terkadang tidak berhasil. Bahkan ada yang sampai berkelahi main dorong-dorongan baik sesama si kembar dan saudaranya yang lain dan juga dengan teman-teman mereka. Pernah bunda atau oma harus menghentikan sholat tarawih untuk mencegah kehebohan yang lebih besar dan pernah juga karena tanggung satu rakaat lagi, bunda terpaksa membiarkan kehebohan itu dan tentu saja diiringi beberapa protes dari tetangga yang sudah berumur. 🙊

Tetapi dengan berbagai tantangan membawa anak-anak ke mushola, overall anak-anak sudah cukup bisa mempraktekkan adab di tempat ibadah. Hanya saja memang sholat tarawih dengan beberapa rakaat bisa mendatangkan kebosanan pada anak-anak. Untuk sholat wajib lima kali sehari, anak-anak sudah bisa tenang saat jamaah sholat.

Dan salah satu hikmah terbesar mengajak anak-anak ke mushola adalah fitrah keimanan mereka yang terbangkitkan dan fitrah keimanan diriku sebagai bundanya yang juga ikut terbangkitkan. Malah rasanya diri ini malu karena saat mendengar azan, si kembar selalu mendesak ayah bunda untuk segera ke musholla dan pernah karena hujan lebat tidak memungkinkan untuk ke mushola, saat hujan berhenti mereka nangis-nangis minta ke mushola juga. MasyaAllah nak. Bunda jadi malu dengan diri sendiri yang kalah semangat dari anak-anak bunda. 🙈

Raise your child, raise your self. Kalimat ini tepat sekali menggambarkan keadaan ini. Saat orang tua berusaha membangkitkan fitrah keimanan anak-anak, sejatinya orang tua juga terbangkitkan fitrah keimanannya. Begitupun dengan fitrah-fitrah lainnya.

Hikmah lainnya dengan membawa anak-anak ke mushola adalah anak-anak belajar bersosialisasi dengan teman baru dan mereka senang sekali mendapatkan teman-teman baru. Sebenarnya rumah kami berdekatan tetapi karena dibatasi kebun yang penuh semak, akses ke rumah tetangga adalah melewati jalan besar dan akibatnya mereka jadi tidak saling mengenal karena terhalang jalan raya yang ramai.

Takdir membawa mereka untuk berjumpa di kebun yang telah ditebang beberapa pohonnya dan telah ditebas semak-semaknya. Mereka bersorak gembira dan sekarang mereka punya akses untuk saling berkunjung satu sama lainnya. Anak-anak juga belajar mempraktekkan adab di rumah tetangga. Alhamdulillah wa syukurillah. Semoga kebaikan dan hikmah yang didapat selama bulan ramadhan bisa terus bertahan dan ditingkatkan kualitasnya.

Walau diri ini masih merasa belum maksimal melaksanakan ibadah selama bulan ramadhan, tetapi mudah-mudahan ikhtiarku kali ini dalam beribadah sudah jauh lebih baik dari ramadhan sebelumnya.

“Ya Allah,Swt...pertemukan aku dan keluargaku dengan ramadhan yang akan datang dan kami bisa beribadah jauh lebih baik lagi dalam rahmat kesehatan dan kebahagiaan. Aamiin...😇😊”   


Payakumbuh, 13 Juni 2019

Alisa G.

Comments

Popular Posts