My Idul Fitri Moment in Small Village at West Sumatera


Pada hari raya Idul Fitri kali ini aku dan suami berencana untuk berlebaran di kampung suami, salah satu desa kecil yang berada di daerah Sijunjung, Sumatera Barat. Aku dan anak-anak sudah berangkat duluan pada H-3 dan suami baru bisa menyusul pada H-1 karena harus berangkat kerja dulu pada H-2.

Buka puasa terakhir di bulan Ramadhan 1440 H sekaligus buka puasa bersama seluruh kerabat yang hadir di kampung. Buka bersama ini adalah tradisi rutin setiap tahunnya. Setelah berbuka lalu sholat berjamaah dan dilanjutkan dengan makan bersama. Setelah istirahat sebentar, semua berdiri membentuk lingkaran dan mulai bersalaman berkeliling satu persatu yang dimulai oleh para anak-anak. Sangat terasa suasana penuh kekeluargaan dengan saling bermaafan di malam takbiran ini. Aku sangat setuju bila tradisi ini terus dijaga karena bisa menjaga hubungan baik dengan keluarga besar.

Tibalah hari kemenangan yang ditunggu-tunggu, walau sedikit terlambat bangun pagi alhamdulillah  anak-anak kelimanya bisa siap pada waktunya dan kami semangat berjalan kaki menuju masjid yang tak begitu jauh dari rumah dimana sholat Idul Fitri akan dilangsungkan .

Saat tiba di masjid suasana sudah sangat ramai dan alhamdulillah kami masih dapat tempat di shaf bagian belakang. Saat melihat jam yang hampir menunjukkan angka delapan pagi, aku lega karena dalam pikiranku sebentar lagi sholat Ied akan dimulai. Dan Pengurus masjid juga mengumumkan bahwa acara akan segera dimulai.

Tiba-tiba adik sepupu suami nyeletuk, “Disini lama lho kak mulai sholatnya. Nanti ada acara penyampaian kata sambutan oleh Ketua Pengurus Masjid, Ketua Pemuda dan juga Wali Nagari. Lalu dilanjutkan dengan    pengumpulan sumbangan untuk infaq pembangunan, infaq pendidikan dan anak yatim. Satu orang mendapatkan jatah untuk mengumpulkan infaq untuk 2 shaf.” What??? Dengan shaff sebanyak ini terbayang perkiraan waktu yang dibutuhkan. “Dan setelah itu ada pengumuman jumlah infaq dari semua surau yang ada disini. Biasanya sekitar jam 9-an baru dimulai sholatnya kak,” tambahnya lagi. “Astaghfirullah bisa gawat ini, mana anak-anak tadi belum sempat sarapan,  karena buru-buru kami hanya makan  beberapa kue. Terpikir tadi mau belikan anak-anak jajanan yang bisa bikin kenyang tapi karena takut sholat dimulai, malah melarang Keisha untuk jajan. Sekarang susah keluar dari shaf untuk membelikan makanan untuk anak-anak karena sudah dipadati jamaah,” aku mulai mencemaskan anak-anak yang bisa kelaparan. 😀Kalau  air putih sih ada dibawa. Bersyukur sekali adik sepupu membawa wafer satu bungkus, bisa untuk mengganjal perut anak untuk beberapa lama.

Akhirnya setelah 1 jam lebih sedikit, sholat Ied dimulai juga dengan anak-anak yang mulai resah. Alhamdulillah selama sholat, si kembar anteng. Baru saja sholat selesai, si kembar sudah minta makan. Wajar saja karena jam sudah menunjukkan pukul 09.20 Wib. Kami putuskan untuk pulang saat ceramah berlangsung karena suasana sudah tidak kondusif untuk anak-anak.

Aku dapat pelajaran banget hari itu, bila suatu saat sholat Ied lagi disini, aku harus siap sedia dengan cemilan yang agak banyak dan anak-anak sudah sarapan dulu sebelum berangkat. Dan menurutku tradisi seperti ini harus ditinggalkan karena banyak anak yang rewel karena acara terlalu lama sehingga banyak juga para ibu yang mempunyai balita tidak bisa mengikuti ceramah sampai selesai. Sangat tidak kondusif membawa anak yang masih kecil. Bersyukur sekali waktu itu sholatnya  di masjid, kalau di lapangan terbuka, mungkin belum mulai sholat Ied anak-anak sudah resah karena mulai lapar dan kepanasan. Para pemuka agama harus memikirkan cara lain yang lebih efektif dan kondusif bagi para jamaah yang mempunyai anak kecil.

Sesampainya di rumah kami segera memakan hidangan yang tersedia, duluan dari kerabat lainnya yang masih mendengarkan ceramah Idul Fitri. Tak berapa lama rumahpun mulai rame dengan para kerabat yang sudah selesai mendengarkan ceramah dan kamipun makan bersama. Dan setelah itu tibalah saat yang ditunggu anak-anak yaitu pemberian angpau lebaran yang sangat riuh karena anak-anak antri sangat panjang. Hehehe...efek keluarga besar.

Lebaran yang sangat mengesankan, semoga kita semua bisa bertemu dengan ramadhan dan lebaran yang akan datang serta berkumpul bersama-sama dalam keadaan penuh keimanan, sehat dan selamat. Aamiin…


Payakumbuh, 15 Juni 2019

Alisa G.
   

#ChallengePL
#HariRayaIdulFitri
#PejuangLiterasi

Comments

  1. Siang banget ya? Kalau di Solo kami jam 06.00 paling lambat 06.30 atau 07.00 sudah mulai shalat... laporan keuangan juga disampaikan oleh orang yang memimpin takbiran sambil menunggu jamaah lain datang.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya ndan. Umumnya kalau di Sumbar mulai sholat Ied jam 08.00 Wib. Kalau di tempat asal saya, laporan keuangan juga disampaikan sambil menunggu jamaah berdatangan. Nah yang ini bikin saya kaget juga hehehe...

      Delete

Post a Comment

Popular Posts