Jurnal Bunsay Leader Level 7

S.O.S
Darurat Sampah Plastik

Sejak kecil, saat masih berseragam merah putih, aku selalu tidak menyukai setiap berita tentang perusakan lingkungan. Aku selalu merasa geram melihat para perusak bumi. Sampai-sampai aku berniat untuk kuliah di Teknik Lingkungan karena menurut pendapatku saat itu, di Teknik Lingkungan aku bisa mempelajari cara-cara  mengolah limbah sehingga ku bisa menyelamatkan lingkungan. 😁

Akibat tidak mengenal beragam profesi dan kurangnya keberagaman aktifitas, keinginanku untuk menjadi penyelamat lingkungan belum terwujud juga. Bahkan terkubur begitu saja seiring kesibukan sebagai seorang istri dan ibu.

Semenjak bergabung di komunitas Ibu Profesional, aku mulai mengenal Zero Waste. Komunitas Ibu Profesional mencanangkan kepedulian  terhadap isu sampah melalui aksi zero waste event, belajar komposting dan recycle.
Dan beberapa bulan yang lalu, kami di komunitas Ibu Profesional Payakumbuh-LK menonton film dokumenter tentang sampah yang berjudul “The Trash” . Sungguh miris melihat sampah di seluruh dunia. Sampah sudah mencemari sungai, laut, daratan bahkan udara. Dan sampah yang paling berbahaya adalah sampah plastik.

Persoalan sampah plastik sudah menjadi masalah serius semua negara di dunia, karena sampah plastik sulit dikelola dan butuh ratusan tahun untuk hancur dengan sendirinya di alam. Masyarakat diajak untuk terlibat memikirkan dan mencari solusi mengatasi bahaya sampah plastik, yang volumenya sudah mencapai milyaran ton di dunia.

Jumlah sampah plastik dari negara-negara di dunia yang mengalir melalui sungai-sungai besar akan berakhir di lautan mencapai 8 juta ton! Sampah plastik ini akan terus ‘hidup’ hingga 450 tahun ke depan. Menewaskan jutaan satwa laut setiap tahun. Terjerat. Tercekik. Atau mati secara gambling akibat racun-racun plastik.

Berangkat dari keprihatinan tersebut, ku berniat untuk ikut serta menyelamatkan bumi dimulai dari skala kecil yaitu diri sendiri dan keluarga. Tantangan sebelumnya yaitu  sampah rumahku yang belum sempat dibakar berbau busuk apalagi setelah hujan turun. Penyebabnya adalah bercampurnya  sampah organik dan anorganik.  

Aku ingin melakukan perubahan dalam pemakaian plastik dan pengelolaan sampah dengan mengajak suami, anak-anak serta kedua orang tua.  Juga melakukan kampanye kepada keluarga besar melalui grup whatsapp keluarga, teman-teman sekolah dan kuliah, sesama wali murid dan para guru serta mengkampanyekan tentang sampah lewat media sosial juga. Berharap mulai tumbuh kesadaran peduli sampah.

Dan aku juga punya ide dengan membuat tas belanja menggunakan pakaian sisa donasi acara Garage Sale komunitas yang tidak layak pakai lagi tetapi bisa dikreasikan. Tas ini bisa dibuat besama-sama di rumbel menjahit. Tas belanja didistribusikan ke seluruh member dulu setelah itu bisa dibagi-bagikan kepada masyarakat sekitar dalam rangka kampanye peduli sampah. Ku suka tagline: “Sampahmu tanggung jawabmu”.  Keuntungan lainnya, pakaian bekas tidak menumpuk dan  menyampah. Rencana ini mau ku teruskan ke teman-teman member IP Payakumbuh-LK dan semoga disetujui sekaligus minta ide dan saran juga dari teman-teman member lainnya.😊

Untuk diri pribadi, yang aku lakukan adalah selalu menyediakan tas belanja reusable, wadah makanan yang tertutup, botol minuman dan sendok garpu juga pipet reusable sebelum bepergian. Sehingga bila sewaktu-waktu berbelanja dalam perjalanan, sudah tersedia alat tempur minim sampah.

Usaha pengelolaan sampah yang bekerjasama dengan anggota keluarga yaitu melakukan pemilahan sampah yang terdiri atas sampah organik, sampah kertas, sampah plastik, sampah botol dan sampah kaca. Ini sudah disosialisasikan kepada anak-anak, suami dan orang tua dan sudah mulai berjalan. Sampah organik ditimbun di tempat khusus. Sampah plastik dikumpulkan di satu tempat khusus dan memang dibakar. Saya sekeluarga tinggal di daerah kabupaten yang masih ada suasana pedesaan dan belum ada petugas kebersihan. Untuk botol-botol dan cup minuman air mineral, dijual kepada pengepul, dan sampah kaca dikumpulkan di satu tempat khusus. Sampah kaca ini tak terlalu banyak dan sampai saat ini belum ada bank sampah khusus kaca di daerah sini.

Demikian dulu rencana perubahan yang ingin ku terapkan dalam rangka darurat sampah plastik . GO GREEN...💪💪😍



Referensi:
https://www.bbc.com/indonesia/majalah-42061728  

https://www.bbc.com/indonesia/trensosial-43252218

http://csrhubindonesia.co.id/?page_id=1020 

https://m.merdeka.com/uang/ini-solusi-atasi-masalah-sampah-plastik-di-tanah-air.html 

https://www.viva.co.id/gaya-hidup/inspirasi-unik/1018001-darurat-sampah-di-laut-indonesia 

  

Comments

  1. Tulisan yg menginspirasi.. semangat zero waste nya menular 💖

    ReplyDelete
  2. Persoalan sampah plastik memang akhir - akhir ini sedang jadi topik hangat. Betul sekali bahwa penanganannya butuh tindakan segera. Mulai dari diri sendiri dulu dan keluarga. Semangat.

    ReplyDelete
  3. Mba Alisaaa.. hebat bisa mengajak keluarga juga. Bagi tipsnya dong mba, terutama mengajak suami ;)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kalo dg papa, beliau orangnya disiplin, jadi tak terlalu susah mengajak beliau utk memilah sampah. Karena sesuai dg jiwa beliau. Utk mama yg Mama yg agak kurang disiplin, jd sering2 aja mengingatkan lagi. Hehe... Suami Dan anak2 alhamdulillah tak terlalu susah. Yg menjadi tantangan sekarang adalah mengurangi pemakaian kantong plastik dg menggunakan reusable bags. Klo papa sama suami masih agak enggan bawa reusable bags. Mama jg masih sering lupa. Ini yg masih harus terus dilatih Dan dibiasakan. 💪💪😀

      Delete

Post a Comment

Popular Posts